Cari Blog Ini

Jumat, Juli 31, 2009

HIV/AIDS

A. HIV/AIDS


Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya imunitas tubuh sebagai akibat dari serangan Human Imunodeficiency Virus, maka penderita mudah diserang berbagai macam penyakit infeksi dan kanker yang tidak biasa. Kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hingga September 2008, penderita AIDS yang dilaporkan berjumlah 13.958 orang. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (1997-2007) terjadi peningkatan kasus AIDS lebih dari 40 kali.

a. Gejala dan Tanda

Bila seseorang terserang HIV gejala awalnya sama dengan gejala serangan penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti:

Demam tinggi

Malaise, flu, radang tenggorokan, sakit kepala, nyeri perut, pegal-pegal, sangat lelah dan terasa meriang.

Setelah beberapa hari s/d sekitar 2 (dua) minggu kemudian gejalanya hilang dan masuk ke fase laten (fase tenang disebut juga fase inkubasi).

Beberapa tahun s/d sekitar 10 (sepuluh) tahun kemudian baru muncul tanda dan gejala sebagai penderita AIDS. Tanda dan gejala AIDS tersebut diantaranya :

- Mencret sampai berbulan-bulan

- Berat badan menurun drastic

- Infeksi yang tidak kunjung sembuh

- Pucat dan lemah

- Gigi sering berdarah

- Berkeringat waktu malam hari

- Pembesaran di kelenjar getah bening

b. Cara Penularan

1) Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual

2) Melalui darah, yaitu:

Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%

Tertusuk jarum yang mengandung HIV, resiko penularan 0,03%

Terpapar mukosa yang mengandung HIV risiko penularan 0,0051%

3) Transmisi dari ibu ke anak

Selama kehamilan

Saat persalinan, risiko penularan 50%

Melalui air susu ibu (ASI) 14%

c. Diagnosis

Stadium Klinis WHO

Pemeriksaan diagnostic dengan tiga jenis rapid test HIV yang berbeda


Selengkapnya...

Tuberkulosis

1. Identifikasi

Penyakit yang disebabkan oleh mikrobakterium ini merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian hampir di sebagian besar negara diseluruh dunia. Infeksi awal biasanya berlangsung tanpa gejala; tes tuberkulin akan memberikan hasil yang positif 2 – 10 minggu kemudian. Lesi awal pada paru umumya akan sembuh dengan sendirinya tanpa meninggalkan gejala sisa walaupun sangat jarang terjadi kalsifikasi pada kelenjar limfe paru dan kelenjar limfe trakeobronkial. Hampir 90 – 95% mereka yang mengalami infeksi awal akan memasuki fase laten dengan risiko terjadi reaktivasi seumur hidup mereka. Pemberian kemoterapi preventif yang sempurna dapat mengurangi risiko terjadinya TB klinis seumur hidup sebesar 95% dan kemoterapi preventif ini sangat efektif pada penderita HIV/AIDS. Hanya 5% dari orang normal dam 50% penderita HIV/AIDS yang terinfeksi TB akan berkembang menjadi TB paru klinis atau menjadi TB ekstrapulmoner. Akibat serius infeksi TB awal lebih sering terjadi pada bayi, dewasa muda dan pada orang dengan kelainan imunitas.

TB ekstrapulmoner lebih jarang terjadi dibandingkan dengan TB paru. Anak-anak dan orang-orang dengan imunodefisiensi seperti halnya pada penderita HIV/AIDS lebih mudah mendapatkan TB ekstrapulmoner, namun TB paru tetap merupakan bentuk klinis yang menonjol dari infeksi TB di seluruh dunia. Infeksi TB dapat juga menyerang organ-organ lain dalam tubuh manusia seperti kelenjar limfe, pleura, perikardium, ginjal, tulang dan sendi, laring, telinga bagian tengah, kulit, usus, peritonium dan mata. TB Paru progresif muncul dari reinfeksi eksogen atau muncul dari reaktivasi endogen dari fokus laten infeksi primer. Penderita TB progresif jika tidak diobati dengan benar akan meninggal dalam waktu lima tahun, rata-rata dalam waktu 18 bulan. Status klinis ditentukan dengan ditemukannya basil TB dalam sputum atau dari gambaran foto thorax. Gambaran densitas abnormal pada foto thorax sebagai tanda adanya infiltrat pada paru, kavitasi dan fibrosis. Gambaran ini bisa muncul sebelum timbul gejala klinis: lesu, demam, berkeringat dimalam hari, berat badan turun, dapat muncul lebih awal. Sedangkan gejala lokal seperti batuk, sakit dada, suara serak dan batuk darah menonjol pada stadium lanjut dari penyakit.

Orang dengan imunokompeten jika terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis, M. africanum atau M. bovis akan memberikan hasil tes tuberkulosis dengan reaksi intermedier. Tes tuberkulosis menggunakan 5 IU International Standard of Purified Protein Deriva Standard (PPD-S). Reaksi dikatakan positif jika muncul indurasi dengan ukuran 5, 10 atau 15 mm tergantung pada tingkat pemajanan penyakit. Sekitar 10 – 20% penderita TB aktif tidak memberikan reaksi positif terhadap PPD. Dengan demikian, tes tuberkulin yang hasilnya negatif tidak berarti bahwa seseorang tidak menderita TB aktif. Hasil tes tuberulin dengan indurasi lebih dari 5 mm dianggap positif untuk anggota rumah tangga atau mereka yang kontak dengan penderita TB aktif. Sedangkan orang dengan gambaran foto thorax yang abnormal menandakan penderita TB lama yang sudah sembuh atau mereka yang terinfeksi oleh HIV/AIDS, sedangkan tes tuberkulin dengan diameter 10mm dianggap positif untuk orang-orang dengan faktor risiko (diabetes mellitus, pecandu obat dan alkohol), orang-orang yang tinggal didaerah prevalensi TB tinggi,

orang-orang yang tinggal di daerah dengan status sosial ekonomi rendah, penghuni dan staf suatu institusi seperti penjara dan rumah tahanan serta untuk anak-anak usia dibawah 4 tahun. Sedangkan hasil tes tuberkulin dengan diameter 15 mm atau lebih dianggap positif pada oang dewasa dan anak-anak usia diatas 4 tahun yang tinggal didaerah dengan prevalensi TB rendah.

Tes tuberkulin terhadap penderita energi tidak dianjurkan walaupun untuk penderita dengan risiko tinggi seperti penderita dengan infeksi HIV. Tes tuberkulin untuk semua akan tidak lagi dilakukan di AS. Tes tuberkulin dilakukan segera terhadap anak-anak yang diduga menderita TB aktif, terhadap mereka yang berkunjung kedaerah endemis dan kontak penderita, terhadap migran dari daerah endemis. Terhadap penderita penyakit kronis yang tidak bisa sembuh dan terhadap penderita HIV/AIDS dilakukan tes tekulin setiap tahun. Terhadap anak-anak yang terpajan dengan orang dengan risiko tinggi, tes tuberkulin dilakukan setiap 2 – 3 tahun. Tes tuberkulin untuk anak usia 4 – 6 tahun dan usia 11 – 12 tahun dilakukan bila orang tua mereka adalah imigran dari daerah endemis atau jika anak-anak tersebut tinggal didaerah risiko tinggi.

Kadang kala pada penderita TB terjadi hipersensitivitas tertunda terhadap tes tuberkulin yang akan menghilang dengan berjalannya waktu. Pada orang ini jika dilakukan tes tuberkulin, akan memberikan hasil yang negatif. Namun dapat juga terjadi tes tuberkulin pertama yang dilakukan akan merangsang tubuh untuk memberikan reaksi positif pada tes tuberkulin berikutnya. Reaksi “boosted” ini sering disalah artikan sebagai infeksi baru. “Boosting” juga terjadi pada orang yang mendapatkan vaksinasi BCG. Untuk membedakan reaksi “boosted” ini dengan infeksi baru dilakukan tes tuberkulin dua tahap. Apabila tes pertama dinyatakan negatif maka dilakukan tes tuberkulin yang kedua 1 – 3 minggu kemudian. Hasil positif pada tes kedua kemungkinan karena reaksi “boosted”. Berdasarkan hasil tes kedua, orang ini dianggap sebelumnya telah terinfeksi dan harus ditangani sebagaimana mestinya dan tidak dianggap sebagai konversi hasil tes tuberkulin. Jika tes kedua hasilnya juga negatif maka orang ini dianggap belum pernah terinfeksi.

Tes dua tahap dilakukan terhadap orang dewasa yang akan mendapat tes tuberkulin berkala, seperti halnya pada petugas kesehatan. Tes dua tahap ini dilakukan pada saat tes tuberkulin awal. Diagnosa presumptive penderita TB aktif dibuat jika ditemukan BTA positif dari sediaan sputum atau sediaan yang diambil dari cairan tubuh lainnya. Ditemukannya BTA positif indikasi untuk segera melakukan pengobatan dengan OAT. Diagnosa pasti ditegakkan jika ditemukan Mycobacterium tuberculosis, melalui kultur. Cara ini juga dapat dilakukan untuk uji sensitivitas organisme terhadap obat. Jika fasilitas laboratorium mikrobiologi tidak memadai maka diagnosa dapat dibuat berdasarkan gejala klinis yang ada dengan pemeriksaan histologis atau radiologis terhadap mereka yang memberikan hasil tes tuberkulin positif.

2. Penyebab Penyakit

Penyebab infeksi adalah kompleks M. tuberculosis. Kompleks ini termasuk M. tuberculosis dan M. africanum terutama berasal dari manusia dan M. bovis yang berasal dari sapi. Mycobacteria lain biasanya menimbulkan gejala klinis yang sulit dibedakan dengan tuberkulosis. Etiologi penyakit dapat di identifikasi dengan kultur. Analisis genetic sequence dengan menggunakan teknik PCR sangat membantu identifikasi non kultur.

3. Distribusi Penyakit

Tersebar diseluruh dunia. Pada awalnya di Negara industri penyakit tuberkulosis menunjukkan kecenderungan yang menurun baik mortalitas maupun morbiditasnya selama beberapa tahun, namun diakhir tahun 1980 an jumlah kasus yang dilaporkan mencapai grafik mendatar (plateau) dan kemudian meningkat di daerah dengan populasi yang prevalensi HIV–nya tinggi dan di daerah yang dihuni oleh penduduk yang datang dari daerah dengan prevalensi TB tinggi. Mortalitas dan morbiditas meningkat sesuai dengan umur, pada orang dewasa lebih tinggi pada laki-laki. Morbiditas TBC lebih tinggi diantara penduduk miskin dan daerah perkotaan jika dibandingkan dengan pedesaan.

Di AS insidensi TBC menurun sejak tahun 1994, penderita yang dilaporkan adalah 9,4/100.000 (lebih dari 24.000 kasus). Daerah dengan insidens rendah termasuk di berbagai wilayah di AS, kebanyakan kasus TBC berasal dari reaktivasi dari fokus laten yang berasal dari infeksi primer. Di sebagian daerah urban yang luas 1/3 kasus berasal dari infeksi baru. Walaupun TBC menempati rangking terendah diantara penyakit menular berdasarkan lama waktu pajanan. Namun pajanan dalam jangka waktu lama dalam lingkungan keluarga menyebabkan risiko terinfeksi sebesar 30%. Jika infeksi terjadi pada anak maka risiko menjadi sakit selama hidupnya sekitar 10%. Bila terjadi koinfeksi dengan HIV risiko pertahun menjadi 2-7% dan risiko kumulatif sebesar 60-80%. KLB dilaporkan terjadi pada kelompok orang yang tinggal pada ruangan yang tertutup seperti dipanti asuhan, penampungan tunawisma, rumah sakit, sekolah, penjara dan gedung perkantoran. Sejak tahun 1989 sampai dengan awal tahun 1990 telah dilaporkan terjadi KLB – MDR yang cukup ekstensif terutama terhadap rifampisin dan INH ditempat dimana banyak penderita HIV yang dirawat. KLB ini menimbulkan angka mortalitas tinggi dan terjadi penularan kepada petugas kesehatan. Dengan penerapan dan pelaksanaan yang ketat pedoman pemberantasan telah berhasil menanggulangi KLB ini.

Prevalensi infeksi TB yang ditemukan dengan tes tuberkulin meningkat sesuai dengan umur. Insidensi infeksi di negara berkembang menurun secara bermakna dalam beberapa dekade ini. Angka infeksi pertahun di AS rata-rata kurang dari 10/100.000 penduduk walaupun di beberapa daerah di AS angka kejadian infeksi baru pertahun lebih tinggi. Di daerah dimana terjadi infeksi dengan mycobacterium lain selain tuberkulosis menyebabkan reaksi silang yang menyulitkan interpretasi hasil tes tuberkulin.

Infeksi M. bovis pada manusia jarang terjadi di AS tetapi masih menjadi masalah dibeberapa daerah seperti didaerah perbatasan Meksiko dimana penyakit ini pada ternak tidak ditangani dengan baik dan masyarakat masih mengkonsumsi susu mentah.

4. Reservoir

Umumnya manusia berperan sebagai reservoir, jarang sekali primata, dibeberapa daerah terjadi infeksi yang menyerang ternak seperti sapi, babi dan mamalia lain.

5. Cara Penyebaran

Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB dalam percikan ludah yang dikeluarkan oleh penderita TB paru atau TB laring pada waktu mereka batuk, bersin atau pada waktu bernyanyi. Petugas kesehatan dapat tertulari pada waktu mereka melakukan otopsi, bronkoskopi atau pada waktu mereka melakukan intubasi.

TB laring sangat menular.

Kontak jangka panjang dengan penderita TB menyebabkan risiko tertulari, infeksi melalui selaput lendir atau kulit yang lecet bisa terjadi namun sangat jarang. TB bovinum penularannya dapat tejadi jika orang terpajan dengan sapi yang menderita TB, bisanya karena minum susu yang tidak dipasteurisasi atau karena mengkonsumsi produk susu yang tidak diolah dengan sempurna. Penularan lewat udara juga terjadi kepada petani dan perternak TB ekstra pulmoner (selain TB laring) biasanya tidak menular, kecuali dari sinus keluar discharge.

6. Masa inkubasi

Mulai saat masuknya bibit penyakit sampai timbul gejala adanya lesi primer atau reaksi tes tubrkulosis positif kira-kira memakan waktu 2 – 10 minggu. Risiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmoner progresif setelah infeksi primer biasanya terjadi pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten dapat berlangsung seumur hidup. Infeksi HIV meningkatkan risiko terhadap infeksi TB dan memperpendek masa inkubasi.

7. Masa Penularan

Secara teoritis seorang penderita tetap menular sepanjang ditemukan basil TB didalam sputum mereka. Penderita yang tidak diobati atau yang diobati tidak sempurna dahaknya akan tetap mengandung basil TB selama bertahun tahun. Tingkat penularan sangat tergantung pada hal-hal sebagai berikut :

- Jumlah basil TB yang dikeluarkan

- Virulensi dari basil TB

- Terpajannya basil TB dengan sinar ultra violet

- Terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada saat bernyanyi.

- Tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu otopsi, intubasi atau pada waktu melakukan bronkoskopi.

Pemberian OAT yang efektif mencegah terjadinya penularan dalam beberapa minggu paling tidak dalam lingkungan rumah tangga. Anak-anak dengan TB primer biasanya tidak menular.

8. Kerentanan dan Kekebalan

Risiko terinfeksi dengan basil TB berhubungan langsung dengan tingkat pajanan dan tidak ada hubungan dengan faktor keturunan atau faktor lainnya pada pejamu. Periode yang paling kritis timbulnya gejala klinis adalah 6–12 bulan setelah infeksi. Risiko untuk menjadi sakit paling tinggi pada usia dibawah 3 tahun dan paling rendah pada usia akhir masa kanak-kanak dan risiko meningkat lagi pada usia adolesen dan dewasa muda, usia tua dan pada penderita dengan kelainan sistem imunitas. Reaktivasi dari infeksi laten yang berlangsung lama sebagian besar terjadi pada penderita TB usia lebih tua. Untuk mereka yang terinfeksi oleh basil TB kemungkinan berkembang menjadi TB klinis meningkat pada penderita HIV/AIDS, mereka dengan kelainan sistem imunitas, mereka dengan berat badan rendah dan kekurangan gizi, penderita dengan penyakit kronis seperti gagal ginjal kronis, penderita kanker, silikosis, diabetes, postgastrektomi, pemakai NAPZA. Orang dewasa dengan TB laten yang juga disertai dengan infeksi HIV kemungkinan untuk menderita TB klinis selama hidupnya berkisar antara 10% sampai dengan 60–80%. Interaksi kedua penyakit ini mengakibatkan terjadinya pandemi paralel dari penyakit TB: misalnya dinegara negara Sub Sahara di Afrika 10–15% orang dewasa menderita infeksi HIV dan TB. Angka kesakitan TB meningkat 5–10 kali lipat pada akhir pertengahan tahun 1990-an.

9. Cara-cara Pemberantasan

A. Cara-cara pencegahan

1). Temukan semua penderita TB dan berikan segera pengobatan yang tepat. Sediakan fasilitas untuk penemuan dan pengobatan penderita.

2). Sediakan fasilitas medis yang memadai seperti laboratorium dan alat rontgen agar dapat melakukan diagnosa dini terhadap penderita, kontak dan tersangka. Sediakan juga fasilitas pengobatan terhadap penderita dan mereka dengan risiko tinggi terinfeksi; sediakan fasilitas tempat tidur untuk mereka yang perlu mendapatkan perawatan. Di daerah dengan indensi penyakit yang tinggi pemeriksaan spuntum baik langsung secara mikroskopis maupun dengan kultur jika memungkinkan segera dilakukan terhadap penderita yang datang memeriksakan diri di fasilitas kesehatan karena adanya keluhan sakit didada. Biasanya hasil pemeriksaannya mempunyai nilai diagnosis yang tinggi.

3). Beri penyuluhan kepada masyarakat tentang car-cara penularan dan cara-cara pemberantasan serta manfaat penegakan diagnosa dini.

4). Mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi risiko terjadinya infeksi misalnya kepadatan hunian.

5). Program pemberantasa TB harus ada di seluruh fasilitas kesehatan dan difasilitas dimana penderita HIV/penderita imunosupresi lainnya ditangani (seperti di Rumah Sakit, tempat rehabilitasi, pemakai Napza, panti asuhan anak terlantar).

6). Pemberian INH sebagai pengobatan preventif memberikan hasil yang cukup efektif untuk mencegah progresivitas infeksi TB laten menjadi TB klinis. Berbagai penelitian yang telah dilakukan terhadap orang dewasa yang menderita infeksi HIV terbukti bahwa pemberian rejimen alternatif seperti pemberian rifampin dan pyrazinamide jangka pendek ternyata cukup efektif.

Pemberian terapi preventif merupakan prosedur rutin yang harus dilakukan terhadap penderita HIV/AIDS usia dibawah 35 tahun. Apabila mau melakukan terapi preventif, pertama kali harus diketahui terlebih dahulu bahwa yang bersangkutan tidak menderita TB aktif, terutama pada orang-orang dengan imunokompromais seperti pada penderita HIV/AIDS. Oleh karena ada risiko terjadinya hepatitis dengan bertambahnya usia pada pemberian isoniasid, maka isoniasid tidak diberikan secara rutin pada penderita TB usia diatas 35 tahun kecuali ada hal-hal sebagai berikut: infeksi baru terjadi (dibuktikan dengan baru terjadinya konversi tes tuberkulin); adanya penularan dalam lingkungan rumah tangga atau dalam satu institusi; abnormalitas foto thorax konsisten dengan proses penyembuhan Tb lama, diabetes, silikosis, pengobatan jangka panjang dengan kortikosteroid atau pengobatan lain yang menekan kekebalan tubuh, menderita penyakit yang menekan sistem kekebalan tubuh seperti HIV/AIDS.

Mereka yang akan diberi pengobatan preventif harus diberitahu kemungkinan terjadi reaksi samping yang berat seperti terjadinya hepatitis, demam dan ruam yang luas, jika hal ini terjadi dianjurkan untuk menghentikan pengobatan dan hubungi dokter yang merawat. Sebagian besar fasilitas kesehatan yang akan memberikan pengobatan TB akan melakukan tes fungsi hati terlebih dahulu terhadap semua penderita; terutama terhadap yang berusia 35 tahun atau lebih dan terhadap pecandu alkohol sebelum memulai pengobatan.

Prosedur DOPT (Directly Observed, Supervised Preventive Therapy), hendaknya diterapkan bila memungkinkan, misalnya ditempat tempat fasilitas perawatan/rehabilitasi pemakai Napza, sekolah dsb. Obat yang disediakan tidak boleh lebih dari untuk pemakaian satu bulan. Setiap bulan penderita diingatkan akan kemungkinan terjadiya efek samping. Pemerikasaan laboratorium untuk memantau apakah terjadi hepatitis tidak dilakukan secara rutin terkecuali timbul gejala-gejala hepatitis.

Pengobatan preventif dengan isoniasid tidak boleh diberikan pada penderita yang alergi terhadap obat ini atau pada penderita dengan riwayat hepatitis atau penyakit hati akut lainnya. Pada saat hamil pengobatan preventif ditunda pemberiannya sampai saat melahirkan, terkecuali pada penderita dengan risiko tinggi. Jika karena pertimbangan tertentu pengobatan preventif harus diberikan kepada ibu hamil maka harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Isoniasid harus diberikan dengan hati-hati kepada pecandu alkohol dan kepada penderita penyakit hati kronis. Penderita hepatitis C mempunyai risiko tinggi keracunan isoniasid. Kebijakan untuk pemberian pengobatan preventif secara massal sangatlah tidak realistis, kecuali ada sistem supervisi yang terorganisir secara rapi untuk mengawasi bahwa pengobatan dilakukan dengan benar. Dan didaerah tersebut dijamin juga bahwa program pengobatan terhadap penderita TB aktif menjamin angka kesembuhan yang tinggi. Semua penderita infeksi HIV dan mereka yang tes tuberkulinnya positif dan tidak menderita TB aktif harus diberikan pengobatan preventif.

7). Sediakan fasilitas perawatan penderita dan fasilitas pelayanan diluar institusi untuk penderita yang mendapatkan pengobatan dengan sistem (DOPT/DOTS) dan sediakan juga fasilitas pemeriksaan dan pengobatan preventif untuk kontak.

8). Terhadap mereka yang diketahui terkena infeksi HIV segara dilakukan tes Mantoux menggunakan PPD kekuatan sedang. Jika tes Mantouxnya positif (indurasi ± 5mm) maka segera diberikan pengobatan profilaktik, dengan catatan bahwa yang bersangkutan tidak menderita TB aktif. Sebaliknya terhadap semua penderita TB aktif harus dilakukan pemeriksaan dan dilakukan konseling jika fasilitas untuk itu tersedia.

9). Di AS dimana imunisasi BCG tidak dilakukan secara rutin terhadap mereka yang mempunyai risiko tinggi tertulari TB dan HIV dilakukan tes tuberkulin secara selektif dengan tujuan untuk menemukan penderita. Mereka yang diangap mempunyai risiko tinggi ini seperti petugas kesehatan, bayi yang lahir dari daerah risiko tinggi, kelompok risiko tinggi terinfeksi HIV sepeti pada pemakai Napza Suntik. Pada kelompok masyarakat dimana TB masih ada, perlu dilakukan tes tuberkulin secara sistematis untuk mengetahui kecenderungan insidensi penyakit.

Pemeriksaan radiologis diperlukan apabila ditemukan gejala klinis TB namun hasil pemeriksaan bakteriologisnya negatif. Imunisasi BCG dapat mengacaukan interpretasi tes tuberkulin yang dilakukan kemudian pada anak-anak dan oran dewasa. Namun reaksi akibat imunisasi BCG terhadap tes tuberkulin bekurang dengan perjalanan waktu, sehingga jika hasil tes tuberkulin positif kuat maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang bersangkutan menderita infeksi TB.

10). Pemberian imunisasi BCG terhadap mereka yang tidak terinfeksi TB (tes tuberkulin negatif), lebih dari 90% akan memberikan hasil tes tuberkulin positif.

Proteksi yang diberikan karena pemberian imunisasi BGC berbeda satu sama lain dari berbagai penelitian, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh karakteristik penduduk , kualitas vaksin, strain dari vaksin BCG yang membrikan perlindungan dampai 20 tahun di wilayah dengan insidens TB tinggi, sedangkan hasil penelitian lain menunjukkan BCG sama sekali tidak memberikan perlindungan (Desain penelitian yang dipakai adalah “Controlled trials”).

Sedangkan pada penelitian dengan menggunakan desain “Case-Control” imunisasi BCG secara konsisten memberikan perlindungan terhadap terjadinya meningitis TB dan TB miliair pada anak usia dibawah 5 tahun. Oleh karena risiko penularan di AS sangat rendah maka imunisasi BCG secara rutin tidak dilakukan. Imunisasi BCG harus dipertimbangkan untuk diberikan kepada anak-anak dengan tes tuberkulin segatif yang karena sesuatu hal tidak boleh diberikan terapi preventif namun mereka secara terus menerus terpajan dengan sumber infeksi. Sumber infeksi ini bisa berupa penderita TB yang tidak mendapat pengobatan atau yang mendapat pengobatan tidak adekuat, penderita yang terinfeksi oleh organisme yang resisten terhadap isoniasid dan rifampin. Imunisasi BCG tidak boleh diberikan kepada mereka yang menderita penyakit-penyakit imunodefisiensi seperti penderita HIV/AIDS.

11). Lakukan eliminasi terhadap ternak sapi yang menderita TB bovinum dengan cara menyembelih sapi-sapi yang tes tuberkulinnya positif. Susu dipasteurisasi sebelum dikonsumsi.

12). Lakukan upaya pencegahan terjadinya silikosis pada pekerja pabrik dan tambang.

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya

1). Laporkan segera kepada instansi kesehatan setempat jika ditemukan penderita TB atau yang diduga menderita TB. Penyakit TB wajib dilaporkan di AS dan hampir di semua negara di dunia kelas 2A (lihat tentang pelaporan penyakit menular). Penderita TB perlu dilaporkan jika hasil pemeriksaan bakteriologis hasilnya positif atau tes tuberkulinnya positif atau didasarkan pada gambaran klinis dan foto rontgen. Departemen Kesehatan mempertahankan sistem pencatatan dan pelaporan yang ada bagi penderita yang membutuhkan pengobatan dan aktif dalam kegiatan perencanaan dan monitoring pengobatan.

2). Isolasi: Untuk penderita TB paru untuk mencegah penularan dapat dilakukan dengan pemberian pengobatan spesifik sesegera mungkin. Konversi sputum biasanya terjadi dalam 4 – 8 minggu. Pengobatan dan perawatan di Rumah Sakit hanya dilakukan terhadap penderita berat dan bagi penderita yang secara medis dan secara sosial tidak bisa dirawat di rumah.

Penderita TB paru dewasa dengan BTA positif pada sputumnya harus ditempatkan dalam ruangan khusus dengan ventilasi bertekanan negatif. Penderita diberitahu agar menutup mulut dan hidung setiap saat batuk dan bersin. Orang yang memasuki ruang perawatan penderita hendaknya mengenakan pelindung pernafasan yang dapat menyaring partikel yang berukuran submikron. Isolasi tidak perlu dilakukan bagi penderita yang hasil pemeriksaan sputumnya negatif, bagi penderita yang tidak batuk dan bagi penderita yang mendapatkan pengobatan yang adekuat (didasarkan juga pada pemeriksaan sensitivitas/resistensi obat dan adanya respons yang baik terhadap pengobatan).

Penderita remaja harus diperlakukan seperti penderita dewasa. Penilaian terus menerus harus dilakukan terhadap rejimen pengobatan yang diberikan kepada penderita. Terapkan sistem DOPT apabila secara finansial dan logistik memungkinkan dan diterapkan pada penderita yang kemungkinan mengalami resistensi terhadap pengobatan, adanya riwayat compliance yang jelek, diberlakukan juga terhadap mereka yang hidup dalam lingkungan dimana kalau terjadi relaps dapat menularkan kepada banyak orang.

3). Pencegahan infeksi: Cuci tangan dan praktek menjaga kebersihan rumah harus dipertahankan sebagai kegiatan rutin. Tidak ada tindakan pencegahan khusus untuk barang-barang (piring, sprei, pakaian dan lainnya). Dekontaminasi udara dengan cara ventilasi yang baik dan bisa ditambahkan dengan sinar UV.

4). Karantina: Tidak diperlukan.

5). Penanganan kontak. Di AS terapi preventif selama 3 bulan bila skin tes negatif harus diulang lagi, imunisasi BCG diperlukan bila ada kontak dengan penderita.

6). Investigasi kontak, sumber penularan dan sumber infeksi: Tes PPD direkomendasikan untuk seluruh anggota keluarga bila ada kontak. Bila hasil negatif harus diulang 2-3 bulan kemudian. Lakukan X-ray bila ada gejala yang positif. Terapi preventif bila ada reaksi positif dan memiliki risiko tinggi terjadi TBC aktif (terutama untuk anak usia 5 tahun atau lebih) dan mereka yang kontak dengan penderita HIV (+), diberikan minimal sampai skin tes negatif. Sayang sekali di negara berkembang penelusuran kontak didasarkan hanya pada pemeriksaan sputum pada orang yang memiliki gejala-gejala TBC.

7). Terapi spesifik: Pengawasan Minum obat secara langsung terbukti sangat efektif dalam pengobatan TBC di AS dan telah direkomendasikan untuk diberlakukan di AS. Pengawasan minum obat ini di AS disebut dengan sistem DOPT, sedangkan Indonesia sebagai negara anggota WHO telah mengadopsi dan mengadaptasi sistem yang sama yang disebut DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Penderita TBC hendaknya diberikan OAT kombinasi yang tepat dengan pemeriksaan sputum yang teratur. Untuk penderita yang belum resisten terhadap OAT diberikan regimen selama 6 bulan yang terdiri dari isoniazid (INH), Rifampin (RIF) dan pyrazinamide (PZA) selama 2 bulan kemudia diikuti dengan INH dan PZA selama 4 bulan. Pengobatan inisial dengan 4 macam obat termasuk etambutol (EMB) dan streptomisin diberikan jika infeksi TB terjadi didaerah dengan peningkatan prevalensi resistensi terhadap INH. Namun bila telah dilakukan tes sensititvitas maka harus diberikan obat yang sesuai.

Jika tidak ada konversi sputum setelah 2-3 bulan pengobatan atau menjadi positif setelah beberapa kali negatif atau respons klinis terhadap pengobatan tidak baik, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kepatuhan minum obat dan tes resistensi. Kegagalan pengobatan umumnya karena tidak teraturnya minum obat dan tidak perlu merubah regimen pengobatan. Perubahan Supervisi dilakukan bila tidak ada perubahan respons klinis penderita. Minimal 2 macam obat dimana bekteri tidak resisten harus ada dalam regiemen pengobatan. Jangan sampai menambahkan satu jenis obat baru pada kasus yang gagal. Jika INH atau rifampisin tidak dapat dimasukkan kedalam regimen maka lamanya pengobatan minimal selama 18 bulan setelah biakan menjadi negatif.

Untuk penderita baru TBC paru dengan BTA (+) di negara berkembang, WHO merekomendasikan pemberian 4 macam obat setiap harinya selama 2 bulan yang teridiri atas RIF, INH, EMB, PZA diikuti dengan pemberian INH dan RIF 3 kali seminggu selama 4 bulan. Semua pengobatan harus diawasi secara langsung, jika pada pengobatan fase kedua tidak dapat dilakukan pengawasan langsung maka diberikan pengobatan substitusi dengan INH dan EMB selama 6 bulan. Walaupun pengobatan jangka pendek dengan 4 macam obat lebih mahal daripada pengobatan dengan jumlah obat yang lebih sedikit dengan jangka waktu pengobatan 12- 18 bulan namun pengobatan jangka pendek lebih efektif dengan komplians yang lebih baik.

Penderita TBC pada anak-anak diobati dengan regimen yang sama dengan dewasa dengan sedikit modifikasi. Kasus resistensi pada anak umumnya karena tertular dari penderita dewasa yang sudah resisten terlebih dahulu.Anak dengan limfadenopati hilus hanya diberikan INH dan RIF selama 6 bulan.

Pengobatan anak-anak dengan TBC milier, meningitis, TBC tulang/sendi minimal selama 9-12 bulan, beberapa ahli menganjurkan pengobatan cukup selama 9 bulan. Etambutol tidak direkomendasikan untuk diberikan pada anak sampai anak cukup besar sehingga dapat dilakukan pemeriksaan buta warna (biasanya usia > 5 tahun). Penderita TBC pada anak dengan keadaan yang mengancam jiwa harus diberikan pengobatan inisial dengan regimen dengan 4 macam obat. Streptomisin tidak boleh diberikan selama hamil.

Semua obat kadang-kadang dapat menimbulkan reaksi efek samping yang berat. Operasi toraks kadang diperlukan biasanya pada kasus MDR.

C. Tindakan penanggulangan wabah

Tingkatkan kewasapadaan dini untuk menemukan dan mengobati penderita TBC baru yang tertulari oleh penderita yang tidak jelas. Lakukan penyelidikan intensif untuk menemukan dan mengobatai sumber penularan.

D. Implikasi Bencana: Tidak ada

E. Tindakan Internasional

Tindakan yang dianjurkan bagi imigran yang datang dari negara-negara dengan prevalensi TBC tinggi adalah melakukan skrining dengan foto thorax, tes PPD, pemeriksaan BTA dan kultur terhadap orang dengan tes PPD positif yang disertai gejala klinis. Manfaatkan pusat-pusat kerjasama WHO.


Sumber : http://www.penyakitmenular.info

Selengkapnya...

Kesegaran Jambu Klutuk Datang dari Kunciran Jaya

BERKEMBANG menjadi kota dengan dinamika tinggi pertumbuhan perindustrian, properti, dan jasa perdagangan, tidak lalu membuat Kota Tangerang tertinggal dalam pengadaan hasil pertanian yang berpotensi menjadi bisnis menguntungkan warganya. Hasil pertanian yang kini memperkaya aneka bisnis warga Kota Tangerang adalah usaha pertanian jambu klutuk atau biasa juga disebut jambu batu. Usaha pertanian ini tumbuh subur di sejumlah kampung di Kelurahan Kunciran Jaya, Kecamatan Pinang, yang melibatkan puluhan petani.

Dari hasil pertanian di sini, akhirnya jambu klutuk itu menyebar dijual secara eceran dengan sepeda, melalui kios-kios buah, sampai dipesan mini market buah-buah di Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan lima wilayah DKI Jakarta.

Ternyata pula, permintaan buah yang segar dan manis ini, dari hari ke hari terus bertambah, sehingga membuat para petani jambu klutuk pun bisa meraih keuntungan lebih banyak.

Usaha Ikutan Warga
Sejumlah petani yang ditemui menuturkan berkembangnya usaha pertanian jambu klutuk awalnya datang dari seorang warga asal Bogor yang tinggal di Kunciran. Warga yang membawa cangkokan jambu klutuk itu menanamnya di tanah miliknya dan menghasilkan buah yang banyak.

Setelah sekian lama bertani, warga ini akhirnya memiliki ratusan pohon jambu klutuk dan menjual kepada warga di Jakarta, sehingga tentu saja menghasilkan uang bagi keluarganya.

Sejak itulah, warga Kunciran Jaya yang memang memiliki tanah yang relatif luas, lalu ikut mengembangkan pertanian jambu klutuk itu. Walaupun usaha pertaniannya tidak melulu jambu klutuk itu. Namun, kini puluhan sudah warga di Kunciran Jaya yang bertani jambu klutuk dan menghasilkan uang yang banyak bagi kebutuhan keluarganya.

Jenis jambu klutuk yang dikembangkan di sana adalah jambu klutuk isi merah. Buah yang telah matang akan berwarna kulit kekuning-kuningan cocok dibuat jus. Sementara yang kulitnya keputihan dan kehijauan yang terasa gurih cukup dimakan biasa.

Penen Usia 1 Tahun
Pohon ini sudah bisa berbuah di usia 1 tahun ke atas dan masa panennya bisa dilakukan kapan saja atau 2 hari sekali.

Safiih, usia 55 tahun, petani jambu, saat dihubungi Sabtu 27 Juni di perkebunannya di lingkungan RW 03, mengatakan agar buah berkualitas baik saat masih pentil harus dibungkus kertas koran atau plastik. “Bila tidak dibungkus akan membusuk karena pengaruh cuaca dan hama.”

Diakuinya setiap panen dirinya mendapat 2 kuintal dan dijual per kilogram Rp 8.000. Lurah Kunciran Jaya H. Supriatman menyambut gembira wilayahnya kini dikenal sebagai penghasil buah jambu klutuk. Terkait itu, dia menghimbau warga yang belum menanam jambu klutuk di tanahnya yang relatif luas agar segera menanam jenis tanaman ini yang telah diketahui pangsa pasarnya itu. “Daripada tanah dibiarin kosong, kan lenih enak ditanam jambu klutuk.” ***

Sumber : www.tangerangkota.go.id


Selengkapnya...

Kejujuran Mubarok

Dikisahkan dari Mubarok -ayahanda dari Abdulloh Ibnu al-Mubarok- bahwasanya ia pernah bekerja di sebuah kebun milik seorang majikan. Ia tinggal di sana beberapa lama. Kemudian suatu ketika majikannya -yaitu pemilik kebun tadi yang juga salah seorang saudagar dari Hamdzan- datang kepadanya clan mengatakan, "Hai Mubarok, aku ingin satu buah delima yang manis."

Mubarok pun bergegas menuju salah satu pohon dan mengambilkan delima darinya. Majikan tadi lantas memecahnya, ternyata ia mendapati rasanya masih asam. Ia pun marah kepada Mubarok sambil mengatakan, "Aku minta yang manis malah kau beri yang masih asam! Cepat ambilkan yang manis!"
Ia pun beranjak dan memetiknya dari pohon yang lain. Setelah dipecah oleh sang majikan; sama, ia mendapati rasanya masih asam. Kontan, majikannya semakin naik pitam. Ia melakukan hal yang sama untuk ketiga kalinya, majikannya mencicipinya lagi. Ternyata, masih juga yang asam rasanya. Setelah itu, majikannya bertanya, "Kamu ini apa tidak tahu; mana yang manis mana yang asam?"

Mubarok menjawab. "Tidak."
"Bagaimana bisa seperti itu?"

"Sebab aku tidak pernah makan buah dari kebun ini sampai aku benar-benar mengetahui (kehalalan)nya."

"Kenapa engkau tidak mau memakannya?" tanya majikannya lagi.
"Karena anda belum mengijinkan aku untuk makan dari kebun ini." Jawab Mubarok. Pemilik kebun tadi menjadi terheran-heran dengan jawabannya itu ..

Tatkala ia tahu akan kejujuran budaknya ini, Mubarok menjadi besar dalam pandangan matanya, dan bertambah pula nilai orang ini di sisi dia. Kebetulan majikan tadi mempunyai seorang anak perempuan yang banyak dilamar oleh orang. Ia mengatakan, “Wahai Mubarok, menurutmu siapa yang pantas memperistri putriku ini?"

"Dulu orang-orang jahiliyah menikahkan putri-­putri mereka lantaran keturunan. Orang Yahudi menikahkan karena harta, sementara orang Nashrani menikahkan karena keelokan paras. Dan umat ini menikahkan karena agama." Jawab Mubarok.

Sang majikan kembali dibuat takjub dengan pemikirannya ini. Akhirnya majikan tadi pergi dan memberitahu isterinya, katanya, "Menurutku, tidak ada yang lebih pantas untuk putri kita ini selain Mubarok."

Mubarok pun kemudian menikahinya dan mertuanya memberinya harta yang cukup melimpah. Di kemudian hari, isteri Mubarok ini melahirkan Abdullah bin al-Mubarok; seorang alim, pakar hadits, zuhud sekaligus mujahid. Yang merupakan hasil pernikahan terbaik dari pasangan orang tua kala itu. Sampai-sampai Al-Fudhoil bin 'Iyadh Rohimahullah mengatakan -seraya bersumpah dalam perkataannya-, "Demi pemilik Ka'bah, kedua mataku belum pernah melihat orang yang semisal dengan Ibnu al-Mubarok.

Hari ini, kecurangan dan penipuan sudah semakin banyak terjadi dalam kehidupan sebagian orang. Sangat jarang kita temukan orang jujur lagi dipercaya dalam menunaikan amanah serta yang jauh dari sifat curang dan penipu.

Kalau akibat dari sebuah, perbuatan maksiat itu sudah maklum dan pasti di akhirat kelak, maka tempat kembalinya ketika di dunia lebih dekat lagi.

sumber : http://kisahislam.com

Selengkapnya...

MAS SYAM BLOG: Tanamkan Cinta Lingkungan Hidup Pada Generasi Muda

MAS SYAM BLOG: Tanamkan Cinta Lingkungan Hidup Pada Generasi Muda


Selengkapnya...

Tanamkan Cinta Lingkungan Hidup Pada Generasi Muda

Dunia dewasa ini dilanda pemanasan global, di mana bumi semakin panas yang mengakibatkan bencna alam, seperti kekeringan , musim yang tak menentu, sehingga banyak menimbulkan banjir di berbagai negara dan daerah-daerah di In donesia dan bencana ini telah me nimbulkan banyak kerugian baik harta maupun jiwa di mana banyak manusia me ninggal dnuia, hewan dan tanaman mati, keku rangan air dan lain-lain.

Terjadinya pemanasan global .iini antara lain akibat dari. pengaruh rumah kaca, hutan yang ditebang secara sembarangan tanpa dilakukan penenaman kembali atau reboisasi sehingga hutan jadi gundul dan lain-lain. Dan itu mem buat lapisan ozon semakin menipis daan berlubang sehingga pabas cahaya ma tahari langsung menyen tuh bumi.

Untuk mengurangi pemanasan global, yang dampaknya cukup berat bagi kehi dupan di bumi atau dunia ini, yang harus dilakukan antara lain penghijauan de ngan mrnanam pohon .Masalah penanaman pohon di hutan itu adalah tugas Peme rintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang meiliki hutan tentunya.

Dalam menanggulangi atau mengurangan pemanasan global ini, negara-ne gara di dunia telah bergerak, mengadakan pertemuan-pertemuan yang juga diikuti negara kita. Dan apa yang telah dilakukan Pemerintah Kota Tangerang dalam ikut menanggulangi dampak pemanasan global ini?.

Menurut pengamatan penulis Pemkot Tangerang telah banyak berbuat sesu atu dalam hal penghijauan dengan di tunjang dana APBD serta me ngajak par tisipasi masyarakat seperi pengusaha, pem borong , ulama, tokoh masya rakat dan lain-lain seperti membangun ruang hijau terbuka atau taman-taman, gerakan menanam pohon dan tanaman hias di jalan-jalan protokol, jalan lingku ngan dan daerah perumahan dan tempat tempat lain, meski apa yang dilakukan tersebut belum memadai dan memuaskan dibanding dengan luasnya la han Kota Tange rang yang 17.000 hektar lebih dan dihuni penduduk 1,4 juta jiwa. Masalah ketidak puasan terhadap hasil penghijauan yang dila0ksanakan ini, Walikota Tange rang H Wahidin Halim dan Wakil Walikota Tangerang H Arief Wismansyah masih be lum merasa puas dan itu terungkap dalam berbagai pertemuan diberbagai ke sempatan.

Karena itu, untuk masalah penghijauan dengan menyiapkan ruang terbuka hijau atau menanam pohon, tanaman hias sampai memadai, tentunya sulit, dan sampai kapanpun tak mungkin bisa terpenuhi mengingat luas lahan yang tak mungkin ber tambah sedang jumlah penduduk semakin bertambah sehingga tanah-tanah ko song atau sawah yang ada akan berubah menjadi bangunan untuk kebutuhan peng huninya.,

Namun demikian, kita bisa membuat keseimbangan atau melengkapi dengan melakukan gerakan penghijauan dan gerakan cinta penghijauan dengan mela ku kan pembinaan-pembinaan terhadap masyarakat termasuk di dalamnya generasi muda sebagai sa saran utama. Jika gerakan penghijauan dan gerakan cinta penghi jauan dengan menanam pohon ini berhasil, maka Kota Tangerang akan se makin hjijau, teduh, indah dan asri karena masyarakatnya semakin sadar dan cin ta lingkungan.

Sebab kalau sudah cinta mereka bersedia berkorban, menyisihkan dana un tuk membeli pohon untuk ditanam baik di jalan protokol,jalan lingkungan, peruma han maupun tahan kosong, dan lain-lain sebagai wujud kesadaran dalam rangka mem buat kse imbangan atau menggenapi usaha Pemkot Tangerang dalam menyi apkan ruang hijau terbuka dan penanaman pohon di tempat lain yang belum me madai sesuai harapan kita semua.

Gerakan cinta lingkungan

Untuk mengatasi masalah pemanasan global dan i lingkungan hidup ini menurut penulis dengan melakukan gerakan penghijauan dan gerakan cinta ling kungan . dengan menanam pohon dan Pemkot Tangerang sudah mela kukan de ngan program-progtamnya yang setiap tahun sudah direncanakan baik itu untuk pengadaan ruang hijau terbukan maupun penanaman pohonnya dan pemelihara nnya dengan dana dari APBD walau dananya terbatas. Dan kegiatan penghj auan ini memang harus dilaku kan terus. dan masyarakat juga ikut sudah berpar tisipasi.

Menyinggung masalah partisipasi masyarakat yang menyangkut baik pengu saha, pemborong, pengembang dan lain-lain, partisipasi mereka memang su dah ada, dan itu sering terlihat apabila ada kegiatan gerakan penghijuan yang di lakukan pemerintah Kota Tangerang maupun Pemerintah Pusat jika memperi ngati hari-hari besar nasional maupun internasional, seperti misalnya memperinga ti hari kemerdekaan Indo nesia, hari lingkungan hidup se dunia dan lain-lain., Ha sil dari partisipasi masyara kat memang sudah kelihatan dan Kota Tangerang sema kin hijau, teduh dan asri, tapi perlu ditingkatkan.

Bagaimana meningkatkannya? Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat karena ini sifatnya sukarela, Pemerintah perlu mengingatkan terus dengan surat edaran kepada industri, pemborong dan pengembang agar terus melakukan gera kan penghijauan dilingkungan nya masing-nasing, tanpa harus menunggu kegia tan dari Pemkot Tangerang mau pun Pemerintah Pusat, karena penghijauan ini un tuk kepentingan bersama dalam mengurangi dampak panas bumi di wilayah Ko ta Tangerang di masa yang akan datang.. Sedangkan untuk masyarakat melalui ke camatan, kelurahan dan RT/TW

Sedangkan gerakan cinta lingkungan melalui penghijauan dengan mena nam pohon atau tanaman hias, juga harus dilakukan kepada pengusaha, pembo rong dan pengembang agar muncul kesadaran dan cinta lingkungan. Selain ke pada mereka juga kepada generasi muda seperti orman-ormas kepemudaan, Ka rang Taruna, BKPRMI, termasuk pelajar SD,SMP. SMA dan yang sederajat dan mahasiswa.. Sebab mereka merupakan penghuni bumi khususnya warga Kota Tangerang di masa yang akan datang. Dan mereka jugalah yang nantinya akan me rasakan pengaruh, dampak dari pemanasan global yang melanda dunia dewasa in dan mereka harus peduli terhadapi pemanasan global dengan segala dampak nya. .

Dengan pembinaan ini diharapkan masyarakat dan generasi muda sadar, peduli dan sudah siap menghadapi pemanasan global dengan segala dampaknya, mulai sekarang dengan melakukan penghihauan lingkungannya, *****

Oleh : Jusuf Sumadisastra (Wartawan HU Pelita)

Sumber : www.tangerangkota.go.id

Selengkapnya...

Melestarikan Cisadane Menyelamatkan Kehidupan

Keberadaan Sungai Cisadane yang membelah kota Tangerang sejauh 15 km merupakan sumberdaya alam terbesar yang dimiliki kota ini. Limpahan air sungai Cisadane merupakan sumber air baku air bersih, sumber irigasi petani, mata pencaharian nelayan, penggali pasir, pendayung perahu hingga lalu lintas pedagang bambu. Di saat-saat tertentu, Cisadane juga sebagai tambang olahraga air, pusat berlangsungnya berbagai kegiatan budaya dan atraksi hingga ilham bagi seniman.

Sungai yang membentang dari hulu di wilayah Bogor dan hilir yang berada di wilayah kabupaten Tangerang menjadi magnet tersendiri bagi kota yang berpenduduk lebih dari 1,5 juta jiwa ini. Memiliki lebar 100 meter dimulai dari wilayah perbatasan Kabupaten di Gading Serpong Kelurahan Panunggangan dan berakhir di Selapajang Jaya dengan luas daerah aliran sungai 1.1411 km2 menjadikan Cisadane benar-benar sebagai urat nadi kehidupan.

Di kanan kiri sungai terdapat banyak industri, pertokoan, perkantoran, pasar dan sebagaian pemukiman. Pada satu sisi dapat membawa keuntungan bagi penduduk karena terciptanya lapangan kerja yang dapat meningkatkan pendapatan per kapita. Namun disisi lain dampak negatifnya sangat terasa karena banyak buangan limbah industri maupun limbah domstik. Dengan kondisi tersebut kualitas sungai akan memburuk apalagi tidak dikelola dengan sistem yang aplikatif melalui sistem pengendalian pencemaran yang baik.

Selain pencemaran, dibutuhkan pula keberanian untuk menormalisasikan sungai Cisadane dan membebaskannya bantaran sungai dari bangunan liar. Tak hanya Cisadane sebenarnya yang butuh normalisasi tetapi juga kali Sabi, Cirarab, Angke dan Sungai Cantiga serta situ antara lain Cangkring dan Bubulak di wilayah Kecamatan Priuk, Situ Gede di Kecamatan Tangerang Kota serta Situ Cipondoh di Kecamatan Cipondoh.

Kondisi sungai dan situ tersebut kini mengalami pendangkalan yang cukup parah. Akibatnya pada saat musim penghujan tiba, sungai maupun situ yang ada tidak lagi mampu menampung volume air, hingga akhirnya meluap dan mengakibatkan banjir.

Kesulitan muncul terutama dari segi dana dimana keberadaan Cisadane dan empat sungai lainnya bertautan pada tiga wilayah provinsi, masing-masing Provinsi Jawa Barat, Banten dan DKI sehingga upaya normalisasi harus diakomodir oleh pemerintah pusat. Sedangkan untuk konsep teknis pelaksaan dilapangan dirancang oleh masing-masing wilayah.

Data dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang, kondisi sendimentasi pada sungai maupun situ di Kota Tangerang saat ini sudah mencapai 50 persen. Dengan kondisi ini normalisasi sungai mutlak dilakukan jika tidak bahaya banjir mengancam penduduk kota.

Upaya pembebasan bantaran sungai dari bangunan liar juga diakui Kepala Badan Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Cidurian, Provinsi Banten, Joko Suryanto sebagai tahapan normalisasi sungai Cisadane. "Kita harapkan tidak akan ada lagi bantaran sungai yang digunakan untuk bangunan ataupun fasilitas tertentu,"ujarnya.

Sejak berpisah dari provinsi Jawa Barat enam tahun lalu, Provinsi Banten melakukan sewa tanah disepanjang bantaran sungai-sungai yang ada di Banten, seperti sungai Cisadane dan sungai Ciujung. Bantaran itu disewakan kepada pihak ketiga dengan harga sewa Rp 100 pertahun/ meter. Retribusi sewa tanah bantaran ini mampu menyumbang ke kas daerah sebesar Rp 200 juta pertahun." 60 persennya dari sungai Cisadane," kata
dia.

Selama bantaran sungai itu disewakan, menurut Joko, ada syarat yang harus dipatuhi dan punya aturan main. Antara lain, bangunan atau fasilitas tidak berada digaris sepadan sungai dan tidak boleh ada bangunan permanen. Namun, praktek dilapangan berbagai pihak menyalahi aturan itu dan tumbuh dengan marak bangunan permanen disepanjang bantaran sungai dari Serpong hingga muara Tanjung Burung, Teluk Naga. Saat ini, kata Joko, ada sekitar 451 bangunan permanen dan semipermanen dengan menggunakan bantaran sungai yang terpakai seluas 367.724.94 hektar. Bangunan itu terdiri dari industri, restoran, usaha galangan kapal dan rumah penduduk yang dihuni hampir 6000 kepala keluarga

Untuk di wilayah kota Tangerang pembebasan bantaran sungai dari bangunan liar mendapat perhatian besar dari walikota Wahidin Halim. Dalam berbagai kesempatan Wahidin meminta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk segera membongkar bangunan liar yang melanggar garis sepadan jalan dan sepadan sungai karena mengganggu kebersihan, kenyamanan dan keindahan Kota .

Walikota menegaskan, bangunan-bangunan yang melanggar garis sepadan jalan, garis sepadan sungai serta bangunan yang menempati saluran air, trotoar seperti halnya kios rokok, tambal ban dan sejenisnya harus ditertibkan.

Penertiban ini, ujar Wahidin, dalam rangka membangun kesadaran masyarakat akan budaya bersih serta dalam rangka penegakan Peraturan Daerah (Perda) No. 18/2000 tentang pelaksanaan Keamanan Kebersihan dan Keindahan (K3).

Usaha ini sekejap terlihat berhasil seperti terlihat, namun tak jarang mereka mendirikan bangunan lagi usai operasi penertiban berlangsung. Untuk menertibkan bangunan liar di bantaran sungai ini memang terkadang menemui kesulitan. Pasalnya, banyak ditemukan bangunan yang berdiri di atas tanah milik negara itu yang memiliki sertifikat dan girik. Akibatnya, bangunan tersebut sampai sekarang pun masih tetap berdiri. Padahal sesuai dengan Perda No 8 Tahun 1994 Tentang Garis Sempadan dalam Wilayah Kota Tangerang menyebutkan, sempadan untuk sungai dan kali adalah selebar 15 meter dari bibir sungai. Dan, di sepanjang garis sempadan itu dilarang untuk didirikan bangunan.

Kerja keras dari pimpinan dan aparat daerah ini untuk menertibkan sungai Cisadane dari bangunan liar memang tak cukup dilakukan sendiri. Masyarakat dan pemerintah wilayah yang juga dilakukan sungai Cisadane juga harus mempunyai sikap dan kebijakan senada. Meski sedikit terlambat tapi masih banyak waktu untuk dapat melestarikan sungai kebanggaan orang Tangerang tersebut. Tinggal lagi kesadaran untuk segera berbenah seberapa besar. Kalau tidak maka Cisadane dipastikan dari anugerah akan menjadi musibah bagi kehidupan. ***

Oleh : Dewi Gustiana (Wartawan Suara Pembaruan)

sumber : www.Tangerangkota.go.id

Selengkapnya...

Gado-gado Kartini, Berani Bumbu yang Bikin Goyang Lidah

KEBERANIAN memberi bumbu dengan kapasitas pas menjadi resep sebuah ulegan gado-gado terasa lezat di lidah. Sebab yang namanya gado-gado, ya sama bahan-bahannya, berupa sayur-mayur semisal tauge, kol, kangkung, kacang panjang, cabe, yang diramu dengan bumbu kacang dicampur garam, cuka, bawang putih, dan gula aren yang diuleg halus dan merata.

Gambaran kelezatan gado-gado dengan keberanian bumbu yang pas inilah, yang membuat gado-gado Kartini menjadi diminati banyak orang, bukan hanya warga Kota Tangerang saja, tetapi luar Kabupaten Tangerang, DKI Jakarta, bahkan beberapa kota di Nusantara lainnya yang kebetulan ada di Kota Tangerang.

Sebab itu, jangan heran bila warung gado-gado Kartini di di Jalan Sukamanah V No. 36, Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, selalu ramai dikunjungi. Deretan sepeda dan mobil pembeli pun seringkali terlihat parkir di jalan depan warung ini.

“Makan gado-gado ini dengan varian tambahan emping, telur rebus, dan kentang rebus, membuat mak yos...” tutur Iwan, warga Sukamanah yang menggambarkan kesukaannya menyantap gado-gado itu bersama lontong.

Hal senada dutarakan pelanggan setianya Ny. Elis, warga Sukasari. Menurutnya yang membuat beda Gado-gado Kartini dengan gado-gado yang lain adalah ada pada kekuatannya bumbunya. “Padu-padan ini yang mungkin menjadi resep rahasia dari Ny. Kartini.”

Usaha 14 Tahun
Ny. Kartini, pedagang gado-gado Kartini, mengisahkan usaha gado-gadonya telah dirintisnya sejak tahun 1985, yaitu sejak sebungkus gado-gado hanya Rp 1.000 hingga sekarang sebungkus Rp 8.000.

Awalnya, tentu saja, warungnya kecil yang dibuka di depan rumahnya itu dan pembelinya pun terbatas warga Kampung Sukamanah saja. Sejak itu, lambat tetap pasti pelanggannya pun bertambah, tak hanya warga saja, tetapi sampai rombongan pegawai pemerintahan dan swasta. Bahkan kalau boleh blak-blakan, pelanggannya yang datang sebagian dari kalangan menengah atas, yang terlihat dari kendaraan yang dibawanya.

Bahkan saking banyak pelanggannya yang ketagihan, sampai-sampai pelanggan yang telah pindah rumah keluar kota dan keluar pulau pun, kalau kebetulan datang ke Kota Tangerang, pasti menyempatkan diri untuk menyantapnya. Tak jarang ada yang meminta dibungkus untuk dibawa pulang ke rumahnya, naik pesawat terbang.
Gado-gado Kartini sendiri bisa disantap pelanggannya di warung yang menyediakan bangku bangku di meja panjang, atau bisa juga dibawa pulang. Bahkan ada pelanggan yang memesan lewat telepon, yang pesaawat teleponnya sengaja ditempatkan di warung.

Masuk Kuliner TV
Kelezatan gado-gado Kartini ini sempat pula diurai habis tayangan kuliner di TV Swasta, yang tentu saja membuat warga Kota Tangerang tutur berbahagian dengan populeritas Ny. Kartini, pembuatnya, yang kini telah berusia 44 tahun.

Yang unik saking banyaknya pelanggan yang datang memesan, akhirnya membuat Ny. Kartini membeli wadah membuat gado-gado dalam ukuran besar, sehingga dia bisa menguleg bumbu gado-gado sekaligus sampai untuk belasan pesanan. Setelah bumbu selesai dibuat, sayur-mayur dan tambahan penganan lainnya diramu, setelah itu siap ditaburkan bumbu dan siap disantap.

Setiap harinya, gado-gado yang bisa dijualnya mencapai 100 piring. Wah lumayan juga kan! ***

Sumber : www.tangerangkota.go.id

Selengkapnya...

Kejujuran Mubarok

Dikisahkan dari Mubarok -ayahanda dari Abdulloh Ibnu al-Mubarok- bahwasanya ia pernah bekerja di sebuah kebun milik seorang majikan. Ia tinggal di sana beberapa lama. Kemudian suatu ketika majikannya -yaitu pemilik kebun tadi yang juga salah seorang saudagar dari Hamdzan- datang kepadanya clan mengatakan, "Hai Mubarok, aku ingin satu buah delima yang manis."

Mubarok pun bergegas menuju salah satu pohon dan mengambilkan delima darinya. Majikan tadi lantas memecahnya, ternyata ia mendapati rasanya masih asam. Ia pun marah kepada Mubarok sambil mengatakan, "Aku minta yang manis malah kau beri yang masih asam! Cepat ambilkan yang manis!"
Ia pun beranjak dan memetiknya dari pohon yang lain. Setelah dipecah oleh sang majikan; sama, ia mendapati rasanya masih asam. Kontan, majikannya semakin naik pitam. Ia melakukan hal yang sama untuk ketiga kalinya, majikannya mencicipinya lagi. Ternyata, masih juga yang asam rasanya. Setelah itu, majikannya bertanya, "Kamu ini apa tidak tahu; mana yang manis mana yang asam?"

Mubarok menjawab. "Tidak."
"Bagaimana bisa seperti itu?"

"Sebab aku tidak pernah makan buah dari kebun ini sampai aku benar-benar mengetahui (kehalalan)nya."

"Kenapa engkau tidak mau memakannya?" tanya majikannya lagi.
"Karena anda belum mengijinkan aku untuk makan dari kebun ini." Jawab Mubarok. Pemilik kebun tadi menjadi terheran-heran dengan jawabannya itu ..

Tatkala ia tahu akan kejujuran budaknya ini, Mubarok menjadi besar dalam pandangan matanya, dan bertambah pula nilai orang ini di sisi dia. Kebetulan majikan tadi mempunyai seorang anak perempuan yang banyak dilamar oleh orang. Ia mengatakan, “Wahai Mubarok, menurutmu siapa yang pantas memperistri putriku ini?"

"Dulu orang-orang jahiliyah menikahkan putri-­putri mereka lantaran keturunan. Orang Yahudi menikahkan karena harta, sementara orang Nashrani menikahkan karena keelokan paras. Dan umat ini menikahkan karena agama." Jawab Mubarok.

Sang majikan kembali dibuat takjub dengan pemikirannya ini. Akhirnya majikan tadi pergi dan memberitahu isterinya, katanya, "Menurutku, tidak ada yang lebih pantas untuk putri kita ini selain Mubarok."

Mubarok pun kemudian menikahinya dan mertuanya memberinya harta yang cukup melimpah. Di kemudian hari, isteri Mubarok ini melahirkan Abdullah bin al-Mubarok; seorang alim, pakar hadits, zuhud sekaligus mujahid. Yang merupakan hasil pernikahan terbaik dari pasangan orang tua kala itu. Sampai-sampai Al-Fudhoil bin 'Iyadh Rohimahullah mengatakan -seraya bersumpah dalam perkataannya-, "Demi pemilik Ka'bah, kedua mataku belum pernah melihat orang yang semisal dengan Ibnu al-Mubarok.

Hari ini, kecurangan dan penipuan sudah semakin banyak terjadi dalam kehidupan sebagian orang. Sangat jarang kita temukan orang jujur lagi dipercaya dalam menunaikan amanah serta yang jauh dari sifat curang dan penipu.


Kalau akibat dari sebuah, perbuatan maksiat itu sudah maklum dan pasti di akhirat kelak, maka tempat kembalinya ketika di dunia lebih dekat lagi.

sumber : http://kisahislam.com

www.tangerangkota.go.id

Selengkapnya...

Dimasak Kayu Bakar, Ayam Bakar Kokom Digemari...

AYAM goreng dan sayur asem menjadi menu andalannya sehingga banyak pelanggannya secara periodik pasti datang kembali dengan membawa keluarga, teman sekantor, atau teman-teman sepermainannya. Apalagi kalau dicolek dengan sambal, wiiiih mak nyus!

Itulah kelebihan Restaurant Ayam Goreng Tradisional Hj. Kokom yang terletak di Jl. KH Hasyim Asyhari, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. Apa sih resepnya, ternyata selidik punya selidik, semua masakan yang dihidangkan itu dimasak dengan cara tradisional pula yaitu menggunakan kayu bakar.

Disebabkan cara memasak begitu, maka banyak pelanggannya bisa menikmati goreng ayam yang dagingnya terasa garing tetapi empuk, gurih, dan lezat tentunya. Sementara sajian sayur asemnya tidak encer dan tidak kental, bila diseruput, “wah enaknya.”

Di restoran tepi Situ Cipondoh yang permain inipun, pengunjung bisa menikmati Ikan goreng atau bakar, tempe dan tahu goreng, macam-macam lalapan, sampai pete bakar atau rebus.

Tony, pengunjung asal Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang memesan ikan gurame goreng, berkomentar, "daging ikannya garing tapi tetap empuk, paduan bumbunya pas, membuat selera makan bertambah, pokoknya mak nyus banget!"

Disediakan Saung Tirap

Restoran yang selalu ramai dikunjungan pelanggannya pada setiap harinya itu, memang menyimpan banyak kelebihan lainnya. Selain menyajikan menu masakan dan cara memasak masih tradional itu, restoran ini menyediakan saung-saung dari atap sirap yang membuat suasan sejuk.

Semilir angin yang terbawa dari permukaan Situ Cipondoh ke saung-saung itu membuat semilir yang menyenangkan. Jangan heran bila banyak pengunjung merasa menyantap makanan di restoran ini bagai menyantap makanan di daerah pegunungan.

Bila sudah begitu manusia kota besar serupa Kota Tangerang, DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang yang memang tak punya kawasan pegunungan di wilayahnya, tentu saja menjadi senang bersantai sambil makan lezat di sana.

Resep Khas Tradisional

Apa yang membuat restoran yang sempat pula dirilis teman-teman bloger di internet ini menjadi rumahmakan jagoan sehingga sedikit-banyak mengangkat Kota Tangerang yang sudah populer menjadi lebih familiar di dunia maya itu?

Hj. Kokom menjelaskan bahwa menu masakan sajian restorannya semua dimasak dengan resep tradisional keluarganya. Resep itu, di antaranya memanfaatkan perpaduan bumbu rempah kunyit, bawang merah, bawang putih, langkuas, jahe, daun salam, dan tentunya bumbu masakan lainnya.

Selebihnya masakan yang telah diberi bumbu itu dimasak dengan memakai api yang berpijar kayu bakar. Nah siapa mau coba. ***

Sumber : www.tangerangkota.go.,id


Selengkapnya...

Rabu, Juli 29, 2009

Keterangan pers tentang penjelasan terkait produk dendeng/abon babi nomor : KH.00.01.1.53.1674 tanggal 16 april 2009

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA

KETERANGAN PERS
TENTANG
PENJELASAN TERKAIT PRODUK DENDENG/ABON BABI
NOMOR: KH.00.01.1.53.1674
TANGGAL 16 APRIL 2009

Menanggapi maraknya isu tentang dendeng/abon babi yang dijual sebagai dendeng/abon sapi, Badan POM RI memberikan penjelasan sebagai berikut:

  1. Badan POM RI telah melakukan sampling dan pengujian atas 35 (tiga puluh lima) merek dendeng/abon sapi yang terdiri dari 15 dendeng dan 20 abon. Dari hasil pengujian tersebut ditemukan 5 (lima) dendeng positif DNA babi, yaitu :

    NoLabel/Nama ProdukNo. PendaftaranPRODUSENKETERANGAN
    1.Dendeng/Abon Sapi Gurih Cap Kepala Sapi (250 gram)SP 0094/13.06.92Tidak diketahuiNo SP milik
    Perusahaan lain
    2.Abon dan Dendeng Sapi
    Cap LIMAS (100 gram)
    SP 030/11.30/94Langgeng, Salatiga
    (Produsen fiktif)
    No SP milik
    Perusahaan lain
    3.Abon/Dendeng Sapi Asli
    Cap A.C.C
    SP 030/11.30/94Tidak diketahuiNo SP milik
    Perusahaan lain
    4.Dendeng Sapi Istimewa
    Beef Jerky 'Lezaaat'
    (100 gram)
    PIRT 201357812877MDC Food,
    Surabaya-Indonesia
    -
    5.Dendeng Daging Sapi Istimewa No. 1 Cap 999
    (250 gram)
    PIRT 201357301367S. Hendropurnomo,
    Malang
    -

  2. Bahwa dendeng sapi tersebut diatas termasuk Pangan Olahan Industri Rumah Tangga (PIRT) yang izin edarnya dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah sehingga penarikan dan pemusnahannya akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

  3. Bahwa Balai POM seluruh Indonesia telah diperintahkan untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah guna melindungi masyarakat dari produk tersebut diatas.

  4. Bagi masyarakat yang menemukan produk tersebut dapat memberikan informasi kepada Badan POM melaui Unit Layanan Pengaduan Konsumen dengan nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau email ulpk@pom.go.id dan ulpkbadanpom@yahoo.com.

Demikian penjelasan ini disampaikan untuk disebarluaskan kepada seluruh masyarakat.

Selengkapnya...

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

feedburner