Cari Blog Ini

Rabu, Agustus 05, 2009

SINAR MATAHARI YANG MENYEHATKAN

Studi terbaru tentang Bioteknologi menemukan bahwa, Sinar-Inframerah-Gelombang Panjang (Far Infrared/FIR dengan panjang gelombang antara 6-14 mikron) yang bisa kita dapat pada saat matahari condong yaitu sebelum pukul 09.00 pagi dan setelah pukul 16.00 sore, berperan penting dalam formasi dan pertumbuhan makhluk hidup. Termasuk memiliki banyak manfaat untuk tubuh manusia .

Manfaat itu antara lain :
- Membantu memproduksi Vit.D. Disaat mengenai kulit, sinar matahari mengubah simpanan kolesterol di bawah kulit menjadi Vit. D. Memaparkan 5 menit, akan memberikan 400 unit Vit D.Vit D yang dihasilkan akan membantu penyerapan kalsium yang bermanfaat untuk menguatkan tulang, memperbaiki tulang dan mencegah osteoporosis, Rakhitis dan Osteomalacia (Pelembutan tulang yang tidak normal)
-Sinar matahari memiliki efek desinfektan atau pembersih kuman.Bisa membunuh bakteri, Virus dan jamur.
Sangat bermanfaat untuk perawatan TBC, keracunan darah, peritonitis, pnemonia dan asma saluran pernafasan.
-Menurunkan resiko diabetes, karena sinar matahari memberikan kemudahan bagi glukosa untuk diserap masuk ke dalam sel sel tubuh. ini merangsang tubuh untuk mengubah gula darah (Glukosa) menjadi gula yang tersimpan (Glycogen) yang tersimpan di hati dan otot , sehingga menurunkan gula darah.
-Meningkatkan kapasitas darah untuk membawa oksigen dan menyalurkan kejaringan-jaringan tubuh.
-Menambah sel darah putih, terutama limfosit, yang digunakan untuk menyerang penyakit dan antibodi (Gamma Globulins)menjadi bertambah.

Demikian semoga bermanfaat.

Sumber
Majalah Ar-risalah
Sya'ban-Ramadhan 1430 H/Agustus 2009
Selengkapnya...

Situs Bersejarah Tangerang Nyaris Punah

Situs bersejarah di Kota Tangerang nyaris punah. Saat ini tinggal 13 situs yang masih tersisa di permukaan tanah dan tak terawat. Padahal situs tersebut seharusnya dilindungi karena mengandung nilai pendidikan dan bisa menjadi obyek wisata sejarah Kota Tangerang.


Situs bersejarah di Kota Tangerang nyaris punah. Saat ini tinggal 13 situs yang masih tersisa di permukaan tanah dan tak terawat. Padahal situs tersebut seharusnya dilindungi karena mengandung nilai pendidikan dan bisa menjadi obyek wisata sejarah Kota Tangerang.

Situs yang masih tersisa antara lain bekas benteng Belanda berbentuk limas, segi empat dan menara pantau di pinggir kali Cisadane, Jalan Kisamaun, Kali Pasir Kota Tangerang. Selain itu terdapat makam yang masih berada di atas permukaan tanah yang juga berada di pinggir kali Cisadane.

Dua situs lain berupa pintu gerbang milik Belanda di Jalan Daan Mogot, Batuceper, Kota Tangerang bertuliskan Leen Hoof dan Weer Gade.

Menurut Uyus Setyabakti, Sekretaris Koalisi Antar Generasi, tiga situs 'bentengan' yang tepat berada di pinggir kali Cisadane setengahnya kini berada di bawah permukaan air.

Situs yang merupakan cikal bakal nama Tangerang tersebut kini terancam rusak oleh pembangunan turab kali Cisadane. Sementara itu tiga situs bersejarah yaitu rumah tua 'Oei Ji San' dan rumah bola serta pabrik karet 'rubben klappen' di Karawaci telah jelas-jelas hilang.

Uyus Setyabakti menyayangkan hilangnya situs-situs tersebut. Menurutnya, pemerintah setempat seharusnya menyikapi dengan menerbitkan SK Walikota atau kepala daerah yang menyatakan bahwa situs tersebut milik Kota Tangerang atau pemerintah setempat.

"Perawatannyapun harus dibiayai oleh pemerintah setempat," kata Uyus Setyabakti kepada tangerangonline, Selasa (04/08/09).

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Budaya serta Pariwisata Kota Tangerang, Tabrani, menyatakan telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk menjaga situs-situs bersejarah tersebut.

"Untuk yang di pinggir kali Cisadane (makam), kita telah berkoordinasi dengan pelaksana proyek turab pelebaran kali Cisadane agar tidak merusak situs yang berada di sekitar lokasi," kata Tabrani melalui telepon

Sumber : www.tangerangonline.com
Selengkapnya...

Allah SWT Menunggumu

Seandainya kita mengetahui bahwasanya kita memiliki seorang raja yang mampu menjamin segala kebutuhan hidup kita di dunia dan di akhirat, yang berkuasa untuk mengampuni dan menghukum segala bentuk kesalahan kita, yang mampu menyelamatkan kita dari segala bentuk musibah dan kemudharatan, yang mampu menimpakan musibah kepada kita, yang tidak pernah berdusta atau menzalimi kita, yang selalu siap untuk membela kita, yang senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita dalam hal apapun, yang tiada tandingannya dalam hal apapun, tiba-tiba menunggu kedatangan kita… mungkin kita tidak akan berpikir panjang lagi, kita akan segera mendatanginya tanpa menunggu apapun. Dan sebisa mungkin, tentunya kita akan berusaha untuk membawakan sesuatu yang terbaik dari yang kita miliki.



Segera menghampiri serta membawakan dan memberikan yang terbaik dari yang kita miliki, itulah yang pastinya akan kita lakukan. Dan itulah yang memang sepatutnya kita lakukan terhadap seorang raja yang memiliki jasa teramat besar tiada taranya bagi kita.
Hal itu pulalah yang harusnya kita lakukan kepada Allah swt, Penguasa seluruh alam. Allah swt yang menjamin segala kebutuhan hidup seluruh makhluk, Allah swt yang berkuasa untuk mengampuni dan menghukum segala bentuk kesalahan dan dosa seluruh makhluk-Nya, Allah swt yang mampu menyelamatkan kita dari segala bentuk musibah dan kemudharatan, Allah swt yang mampu menimpakan musibah sebagai teguran maupun hukuman bagi seluruh makhluk-Nya, Allah swt yang tidak pernah berdusta atau menzalimi kita, Allah swt yang selalu siap membela umatnya yang benar, Allah swt yang senantiasa memberikan yang terbaik bagi seluruh makhluk-Nya, Allah swt yang tiada tandingannya dalam hal apapun.
Tahukah engkau bahwa sesungguhnya Allah swt senantiasa menanti kita semua? Allah swt rindu akan perbuatan baik kita kepada-Nya. Allah swt ingin sekali agar kita berbuat baik kepada-Nya. Tahukah engkau dimana Allah swt senantiasa menanti kita?
Ketahuilah saudaraku, sesungguhnya Allah swt senantiasa menanti kita semua ditempat dimana orang-orang miskin, orang-orang yang kelaparan, orang-orang yang kehausan, dan orang-orang sakit berada. Allah swt menanti kita di tempat hamba-hamba-Nya yang tidak mampu, serba kekurangan, dan membutuhkan uluran tangan dari kita.
Rasulullah saw bersabda:
Abu Hurairah ra. berkata:Rasulullah saw bersabda, “Pada hari kiamat Allah swt akan memanggil dan berkata: ‘Hai anak Adam, Aku sakit dan kau tidak menjenguk kepada-Ku’. Jawabnya: ‘Rabb-ku bagaimana aku menjenguk kepada Engkau padahal Engkau Rabbul’alamin?’ Firman Allah swt: ‘Apakah kau tidak tahu bahwa si fulan hambaku sedang sakit, maka kau tidakmenjenguk padanya. Apakah kau tidak mengetahui sekiranya kau menjenguk niscaya kau akan mendapati Aku di sana?’ ‘Hai anak Adam, Aku minta makan, maka tidak kau beri makan.’ Jawabnya: ‘Rabb-ku, bagaimana aku akan memberi makan kepada Engkau padahal Engkau Rabbul’alamin?’ Firman Allah swt: ‘Tidakkah kau mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan minta makan kepadamu, maka tidak kau beri makan. Apakah kau tidak tahu bahwa sekiranya kau memberi makan kepadanya, tentu kau dapatkan itu pada-Ku?’ 'Hai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu, maka tidak kau beri minum.’‘Rabb-ku bagaimana aku akan memberi minum kepada-Mu padahal Engkau Rabbul’alamin.’ Firman Allah swt: ‘Fulan hamba-Ku minta minum kepadamu, maka tidak kau beri minum, apakah kau tidak mengetahui bahwa sekiranya kau beri minum, niscaya kau mendapatkan itu padaku.’” (HR. Muslim, Kitab Riyadhus shalihin II). Jawabnya:
Wahai saudaraku, ingatkah kita sedah berapa banyak orang miskin yang kelaparan, kehausan, sakit, dan membutuhkan uluran tangan kita namun kita mengabaikannya. Kita tidak membantunya, justru kita berburuk sangka kepada mereka, mencurigai mereka, membenci mereka, dan menjauhi mereka.
Bayangkanlah saudaraku, bagaimana jika orang yang menderita itu, yang kelaparan, yang kehausan, yang sakit, yang membutuhkan pertolongan itu adalah diri kita, bukan mereka, apa yang akan kita lakukan?
Hadits di atas mengatakan bahwa Allah swt senantiasa bersama orang-orang yang lemah, miskin, kelaparan, kehausan, dan membutuhkan pertolongan. Kemudian, hadits tersebut uga menggambarkan betapa sombongnya orang yang mampu namun tidak mau mengulurkan bantuannya kepada saudara-saudaranya yang tidak mampu, betapa sombongnya orang yang tidak memperdulikan keadaan orang-orang yang kelaparan dan kehausan, padahal Allah swt Dzat Yang Maha Sempurna sedang bersama mereka menunggu uluran tangan kita.
Berdasarkan hadits di atas, tidak memperdulikan nasib saudara-saudara kita yang tengah mengalami penderitaan, baik karena musibah, penyakit, kemiskinan, dan sebagainya, berarti sama saja tidak memperdulikan Allah swt. Maka bersiaplah untuk mendapatkan sidang Allah swt di hari kiamat kelak.
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mendatangi panggilan dan penantian Allah swt dengan senantiasa berbagi bersama mereka yang tengah mengalami penderitaan berupa kelaparan, kehausan, kemiskinan, bencana, penyakit, dan lain-lain.
Wallahua’lam.
sumber : www.syahadat.com
Selengkapnya...

Sampah Abad Berantakan (Membangun Budaya Bersih dalam Kesadaran Akhlakul Karimah)

Dalam pengalaman individu, kita menghadapi gejala-gejala yang demikian beraneka, demikian rumit dan saling bertentangan, sehingga jarang saja kita mampu melihat secara jernih. (Ernst Cassirer (1874-1945)



Manusia sudah berabad-abad hidup di bumi ini. Namun seiring usia bumi semakin tua, perilaku manusia terhadap bumi jauh dari kearifan. Manusia mutlak membutuhkan bumi untuk keberlangsungan hidup, tetapi manusia juga yang merusak dan menyakiti bumi ini. Itulah cermin manusia modern pada abad berantakan di mana nilai-nilai tidak dihormati, tidak dijadikan pandangan hidup, ditabrak, dilupakan, dan bahkan dibebaskan.

Adalah sampah yang menjadi kasus paling nyata. Ada kesan sampah sebagai sebuah teks yang gelap, yang tidak diberi ruang cahaya dalam akal sehat manusia. Sampah dicampakkan dan dimarjinalkan seperti dibuang ke parit, sungai, laut, jalan serta sudut-sudut lantai dan halaman kantor, ke taman-taman perumahan, lahan-lahan kosong atau lahan tidur milik orang lain, dan saluran air. Ironisnya juga masih ada sampah yang dibuang di sekitar rumah sendiri-sendiri. Itu belum termasuk sampah di pasar-pasar, terminal-terminal, dan sekolah-sekolah. Di kawasan yang disucikan pun sampah terkadang masih tetap ada.

Bumi menjadi begitu kotor, kumuh, dan selera manusia untuk hidup sehat di bumi yang bersih seperti mati rasa. Memang ada yang mengolah sampah menjadi pupuk, tapi itu belum menjadi kesadaran kolektif masyarakat. Manusia memang telengas dalam memperlakukan sampah : sampah dibuang sesuka hati, dan bahkan primitif seperti mencampurkan adukan sampah basah, kering, dan berbahaya. Limbah cair yang berbahaya pun masih saja dibuang ke sungai hingga merusak biota sungai. Lagi-lagi ini gambaran dalam abad berantakan di mana manusia sebagai makhluk berpikir menentang kesantuan, moral, kultur, keseimbangan alam, dan agama. Padahal Tuhan tidak pernah mencipta sesuatu di bumi ini dengan sia-sia.

Di sebuah perumahan dan pemukiman, pernah juga ditemukan kalimat di tembok-tembok yang sangat menonjok karena ditulis dengan kata-kata kasar : Jangan Buang Sampah di Sini Kecuali Binatang. Begitulah, bentuk ekpresi kekesalan yang campur baur dengan kekecewaan. Itu pun bisa membuat orang menjadi sakit lalu membentuk kristalisasi dendam. Dalam konteks ini sampah bukan lagi urusan pribadi, akan tetapi urusan sosial yang jika tidak dikelola dengan baik bisa memicu konflik. Maka negara atau pemerintah wajib melakukan intervensi.

Memang, membuang sampah tanpa pertimbangan rasional, religiusitas, aspek keindahan dan keselarasan serta kelestarian lingkungan, serta aspek-aspek sosial-budaya, bahkan etika, dan moralitas serta agama, akan merusak pencitraan sebuah kota dan perilaku masyarakatnya yang tidak cerdas, dinilai mundur atau terbelakang. Lebih dari itu, akan melahirkan bencana yang sangat pedih bagi manusia di bumi : banjir yang merusak infrastruktur kehidupan, kematian roda ekonomi, pengorbanan harta dan jiwa serta beragam penyakit yang berbahaya dan mengancam kehidupan manusia.

Perilaku kontroversial manusia dengan sampah masih terjadi di sebagaian kehidupan masyarakat Kota Tangerang, sehingga pada tahun 2007, Kota Tangerang ditetapkan sebagai “Kota Terkotor” dari kementrian lingkungan hidup, sebuah legitimasi yang sangat menyedihkan. Keputusan itu diprotes Wali Kota Tangerang H Wahidin Halim karena penilaian itu tidak relevan dengan kenyataan. Dan belum lama ini, Wahidin mewacanakan meminta fatwa kepada MUI Kota Tangerang tentang limbah dan sampah.

Adipura dan Perubahan Perilaku

Wahidin adalah figur Wali Kota yang berbeda dari kebanyakan Wali Kota yang lain. Ada karakteristik dan ciri khas pembeda dari Wahidin, yang kemudian dibuktikan dalam giroh untuk membangun birokrasi yang kuat dengan aparaturnya yang betul-betul bersih dan produktif, menjunjung nilai-nilai etika dan moralitas, serta kekuatan religius. Pondasi itu semata-mata untuk melayani keperluan dan kepentingan masyarakat Kota Tangerang dalam keikhlasan.

Wahidin mengabdikan hidupnya pada masyarakat dengan visi membangun masyarakat akhlakul karimah : sebuah masyarakat yang berakar pada nilai-nilai keluhuran akal budi. Akhlakul karimah melingkupi seluruh aspek kehidupan dan agama-agama. Tentu sudah ada pencapaian yang diraih Wahidin seperti Pelayanan Publik Terbaik tingkat nasional tahun 2008; dan Pengelolaan Keuangan Terbaik se-Indonesia versi BPK RI tahun 2007. Untuk bidang pendidikan meraih Tingkat Kelulusan se-Provinsi Banten dan Peringkat 5 tingkat nasional tahun 2007, dan beberapa prestasi mengkilap lainnya.

Namun sampai saat ini belum meraih Piala Adipura sebagai simbol dan pengharagaan terhadap kota yang bersih. Wahidin terus berbenah dengan melakukan gerakan penghijauan; lalu memindahkan pasar tradisonal yang jorok yang selama ini menjadi biang kekotoran di jantung kota; melakukan gerakan kebersihan secara masif yang melibatkan seluruh pegawai agar menjadi tauladan bagi masyarakat; mengeluarkan larangan merokok di lingkungan sekolah dan perkantora; melakukan sosialisasi melalui dialog warga; dan mengundang puluhan pengusaha untuk menandatangani kesepakatan tidak membuang limbah secara sembarang.

Target Wahidin meraih Adipura tahun 2012. Namun target itu lebih dipercepat, sekaligus juga dijadikan sebagai gerakan moral untuk merubah mainset perilaku masyarakat terhadap kebersihan. Suka tidak suka, perilaku hidup bersih memang masih rendah dalam kehidupan warga Kota Tangerang. Ada saja warga yang membuang sampah seperti dari mobil-mobil angkot, bahkan dari mobil-mobil pribadi yang mewah sekalipun, atau dari kendaraan bermotor seperti anak-anak kecil yang belum matang pikirannya. Oleh karena itu ada saja sampah yang berserakan atau tercecer di jalan-jalan, di perumahan dan pemukiman, di kawasan kantor-kantor seperti masih ada puntung-puntung rokok, di sekolah-sekolah bekas jajanan anak-anak, dan juga di terminal-terminal.



Wahidin menyadari dengan kondisi Kota Tangerang. Warga Kota Tangerang yang sudah mencapai 1,4 juta jiwa ini, kemudian menghasilkan sampah yang sangat produktif dengan timbunannya yang mencapai 3.367 M3 per hari. Sedangkan timbunan sampah yang terlayani baru mencapai 2.356 M3 per hari (tangerangkota.go.id). Karena itu masih ada persoalan pelayanan sampah sampai di tingkat masyarakat terkecil. Pembentukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan adalah langkah jenius dari Wahidin.

Pendekatan dan Regulasi

Kota Tangerang adalah sebuah wailayah dengan tingkat urbanisasi yang sangat tinggi. Suku-suku dari nusantara hidup di kota ini. Maka dalam membangun budaya bersih di kota ini dibutuhkan pendekatan yang beragam atau variatif juga yang kemudian diperkuat dengan regulasi yang mendukung visi itu. Pendekatan itu bisa berupa mengacu pada kultur dari mana warga itu berasal, namun bisa pula sebuah budaya yang diciptakan baru yang menjadi karakteristik kehidupan kota dengan penciptaaan simbol-simbolnya yang mudah diterima masyarakat kekinian di sebuah kota.

Itu membutuhkan kerja keras. Namun Wahidin bisa memaksimalkan Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata (Porbudpar). Dinas ini kemudian bisa bekerja dengan para seniman dan budayawan untuk melakukan perubahan mainset dalam membangun budaya hidup bersih dengan membawa tema besar membersihkan Kota Tangerang dari sampah. Pendekatan kultural ini menjadi pola yang menarik karena yang disentuh atau yang diungkit adalah soal hati nurani, sisi kemanusiaan masyarakat.

Membangun budaya bersih ini juga bisa dilakukan melalui dunia pendidikan dengan memasukkan muatan lokal, atau bisa saja berupa tambahan jam pelajaran dari mata pelajaran yang sudah ada seperti pelajaran IPA, sosial, lingkungan, dan agama. Dinas Pendidikan bisa didorong untuk membuat konsepnya yang cerdas dan berkolaborasi dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta Badan Pengendalian Lingkungan Hidup. Dari pendekatan intelektual ini akan lahir generasi baru yang akan lebih mengerti dalam memperlakukan sampah dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan secara disiplin.

Visi akhlakul karimah sudah pasti bisa dijadikan pendekatan untuk membangun budaya bersih di masyarakat. Karena akhlakul karimah itu adalah sebuah konsep universal yang tidak menyentuh perbedaan suku apalagi agama-agama tertentu. Karena itu kesadaran religius perlu terus ditembuhkan karena membuang sampah sembarangan itu harus disadari sebagai dosa dalam kesadaran keimanan. Itu bisa melalui tokoh masyarakat, pemuda, dan agama, serta lembaga-lembaga sosial yang memiliki visi yang sama. Pemerintah Kota Tangerang juga bisa mendengar ide-ide dari dari masyarakat tentang pengelolaan dan penanganan sampah

Namun Pemkot juga tak bisa selamanya menggantungkan pada pendekatan-pendekatan semacam itu.Karena itu perlu dibuat aturan yang sifatnya mengikat terhadap pelanggar lingkungan, mengingat pelanggaran terhadap lingkungan memiliki kemungkinan tetap terjadi. Karena itu Wahidin perlu menggulirkan regulasi khusus tentang pelarangan membuang sampah sembarangan yang didukung oleh DPRD. Larangan, sanksi dan denda itu harus betul-betul ditegakan. Manusia memang harus dipaksa dan disadarkan agar taat pada aturan sebagai bentuk dari manusia yang beradab, tanpa melupakan sosialisasi yang maksimal.

Pada gilirannya Pemkot wajib menyediakan tempat-tempat sampah di tempat-termpat strategis, dan menyediakan kendaraan pengangkut sampah dalam ukuran kecil hingga bisa masuk ke pemukiman-pemukiman. Dalam kontek ini, dari mulai RT/RW, kelurahan, dan kecamatan bisa dilibatkan, digerakan untuk turun ke masyarakat secara langsung, masyarakat juga terus dimotivasi agar respon terhadap gerakan ini. Dengan begitu, lambat laun perilaku masyarakat dalam membangun budaya hidup bersih akan terbentuk dari kesadaran hukum, intelektual, budaya, dan alkhalul karimah atau religius. Siapa yang tak ingin Kota Tangerang menjadi kota yang bersih dan bebas dari sampah? Sesunguhnya itulah dirindukan kita sejak lama. ***

Budi Sabarudin, wartawan Fajar Banten
www.tangerangkota.go.id
Selengkapnya...

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

feedburner